Industri Besar Borong Batu Bara
23 Kapal Tertahan di Bawean Karena Cuaca Buruk
23 Kapal Tertahan di Bawean Karena Cuaca Buruk
BANDUNG, (PR).-
Krisis pasokan batu bara masih terus berlangsung. Hingga Kamis (21/2) belum ada satu pun kapal pengangkut batu bara yang merapat ke Pelabuhan Cirebon, dan banyak stockpile (tempat penyimpanan batu bara) di Cirebon yang kosong. Biasanya, ada empat hingga enam kapal pengangkut batu bara yang merapat dengan kapasitas 6.000 ton.
Seorang penyuplai batu bara di Cirebon mengatakan, stok batu bara yang ada sudah dipesan perusahaan-perusahaan besar, itu pun jumlahnya semakin menipis. Dia menegaskan, perusahaan-perusahaan kecil sudah tidak mungkin mendapat pasokan, jika hingga Minggu (24/2) tidak ada kapal pengangkut batu bara yang merapat di Cirebon.
"Dari informasi yang saya peroleh, ada sekitar 23 kapal pengangkut batu bara dengan tujuan Cirebon, yang saat ini tertahan di Pulau Bawean karena cuaca buruk dan gelombang yang tinggi," kata anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandung, Tubagus Raditya yang terus memantau situasi di pelabuhan.
Tubagus Raditya menyebutkan, beberapa perusahaan besar yang membutuhkan pasokan batu bara sudah mulai mencari suplai dari daerah lain. Kata dia, perusahaan Pan Asia bahkan mendapatkan suplai dari Semarang karena kebetulan ada kapal pengangkut batu bara yang merapat di Pelabuhan Semarang.
Direktur Pan Asia Suwadi Bing Andi membenarkan kondisi itu, jika perusahaannya mencari pasokan batu bara hingga ke Semarang. Biasanya, kata Suwadi, pasokan batu bara untuk perusahaannya diperoleh dari Cirebon. "Sejauh ini, operasi perusahaan kami tidak terganggu oleh krisis batu bara itu sebab kami sudah mendapatkan alternatif suplai batu bara," kata Suwadi.
Disikapi pasrah
Menyikapi kelangkaan batu bara akibat terhambatnya pengiriman dari Sumatra dan Kalimantan karena ombak tinggi, disikapi oleh para pengusaha tekstil di Jabar dengan sikap pasrah. Sebanyak 140 dari 450 industri tekstil pengguna batu bara di Jabar, saat ini hanya bisa berharap agar ombak segera normal.
"Pabrik tekstil yang punya persediaan batu bara paling banyak sekarang ini hanya cukup untuk 10 hari produksi," ujar Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar Ade Sudradjat, Kamis (21/2).
Oleh karena itu, jika dalam beberapa hari ke depan pasokan batu bara tidak kunjung datang, menurut Ade, ada kemungkinan pabrik-pabrik tekstil di Jabar ada yang menghentikan produksi. Terutama pabrik tekstil di Bandung dan sekitarnya, yang banyak menggunakan batu bara dalam proses finishing produk.
Untuk mengatasi masalah terhambatnya pasokan batu bara tersebut, Ade mengaku tidak memiliki jalan keluar. Pasalnya, diakali dengan pengangkutan kapal besar pun, tetap sulit dilaksanakan.
"Sebenarnya bisa saja diangkut dengan kapal besar ke Pelabuhan Tanjung Priok, tapi di sana juga tak ada alat sedot untuk memindahkan batu bara dari kapal ke darat," katanya.
Sementara Ketua Kadin Jabar Iwan Dermawan Hanafie mengatakan pemerintah harus segera membuat pengaturan untuk pasokan batu bara tersebut. Pasalnya, masalah kelangkaan batu bara sebetulnya tak hanya diakibatkan oleh terhambatnya pasokan, tetapi diakibatkan juga banyaknya batu bara yang diekspor.
"Harga ekspor memang lebih menarik, ini menjadikan produsen batu bara banyak yang berkonsentrasi untuk ekspor," katanya. (A-132/A-135)***zaky pikiran rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar