Suplai dari Kalimantan ke Kab. Bandung Tersendat
Pabrik Tekstil Kehabisan Batu Bara
SOREANG, (GM).-
Sejumlah pabrik tekstil di Kab. Bandung yang mempergunakan bahan bakar batu bara terancam tak bisa berproduksi. Sudah hampir dua minggu suplai batu bara dari Kalimantan tidak bisa dilakukan akibat buruknya cuaca. Berdasarkan laporan yang masuk ke Komisi B DPRD Kab. Bandung, jika hingga minggu depan tidak ada pasokan, maka pabrik-pabrik tersebut tidak bisa berproduksi lagi.
Anggota Komisi B DPRD Kab. Bandung, Tb. Raditya kepada "GM" di Soreang, Sabtu (23/2) mengatakan, sebagian besar pabrik tekstil yang ada di Kab. Bandung menggunakan batu bara untuk kegiatan produksinya. Kebanyakan dari pabrik-pabrik tersebut merupakan pabrik-pabrik besar.
"Konsumsi pabrik-pabrik tersebut per hari mencapai 20.000 ton, dan hingga sekarang pasokan yang didatangkan dari Kalimantan tidak bisa dilakukan karena kondisi cuaca yang tidak membaik," katanya.
Dijelaskan anggota dewan dari Fraksi Golkar ini, sudah hampir dua minggu kapal tongkang pengangkut batu bara dari Kalimantan tidak bisa merapat ke pelabuhan di Cirebon. Hal ini menyebabkan terhentinya pasokan ke pabrik-pabrik di Kab. Bandung. "Cuaca buruk memang terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia. Agar pasokan bisa lancar, kita berharap cuaca kembali normal," jelasnya.
Dilanjutkannya, bagi pabrik yang memiliki cukup persediaan, maka tersendatnya suplai batu bara tidak menjadi masalah. Meski kondisi seperti ini berlangsung lama, namun pabrik-pabrik tersebut tidak akan bermasalah.
Namun, lanjutnya, sebagian besar pabrik tidak bisa menyimpan stok terlalu banyak. Karenanya selama dua minggu belum ada pasokan, pemilik pabrik-pabrik tersebut mulai khawatir tidak dapat berproduksi. "Tidak bisa dibayangkan jika kondisi cuaca terus berlangsung seperti sekarang, stok mereka pun kemungkinan hanya akan cukup hingga minggu ini," ujar Raditya.
Gunakan boiler
Jika pasokan batu bara ini hingga minggu depan tidak bisa dilakukan, tambahnya, maka pabrik-pabrik tersebut akan menggunakan boiler untuk melanjutkan produksinya. "Tetapi tidak semua pabrik memilikinya. Bagi perusahaan yang memiliki boiler tentu bisa terus berproduksi sebagai langkah darurat. Sayangnya dari 80% pabrik tekstil di Kab. Bandung yang menggunakan batu bara tidak diketahui pasti apakah mereka sudah memiliki alat tersebut atau tidak," ungkap Raditya.
Sementara itu bagi perusahaan yang menggunakan boiler sebagai alternatif, tentunya harus mengambil risiko karena jumlah biaya yang dikeluarkan untuk akan jauh lebih mahal dibandingkan jika menggunakan batu bara. "Dari segi biaya jelas akan lebih mahal jika menggunakan boiler, dan tentunya ini akan menajdi beban tambahan bagi perusahaan tersebut," katanya.
Raditya berharap agar para pengusaha bisa menghemat bahan bakar karena kondisi cuaca belum terlihat akan membaik. "Tentunya semua tidak berharap produksi akan terhenti dan salah satu alternatif adalah dengan melakukan pengiritan, mengingat prediksi cuaca belum ada kepastian akan sampai kapan seperti ini," ujarnya.
Diungkapkan Raditya, sebagai alternatif ada beberapa daerah di Banten yang memiliki tambang batu bara, meskipun skalanya tidak sebesar yang ada di Kalimantan. "Sebagai langkah cepat bisa dipasok dari daerah tersebut, jangan sampai terjadi penghentian produksi dan berakibat buruk bagi dunia industri di Kab. Bandung," katanya. (B.89)**
1 komentar:
akang radit, abdi bade tumaros bilih akang uninga kusabab abdi maos tulisan ttg PABRIK DI BANDUNG KEKURANGAN BATU BARA. Kaleresan abdi aya dina hiji perusahaan tambang batu bara anu kagungan tambang di daerah KALSEL. Upami abdi bade nawiskeun barang abdi ka pabrik2 di bdg kumaha saena? tiasa masihan saran kang?
Nuhun kang......
Insan Kurnia
insan.kurnia@gmail.com
021-94645400
0817.007.8384
Posting Komentar